Hembusan udara subuh pagi pukul 05:00 WIB. Sangat sejuk dirasakan oleh pengendara para pekerja dan pedagang yang bergegas ke arah kota.
Dari arah jalan Blang Bintang Lama, seorang laki-laki tua mengemudikan kendaraan roda duanya secara perlahan untuk menuju ke Simpang 7 Ulee Kareng.
Namanya Amin, usianya 65 tahun. Hari-hari ia bekerja sebagai penjual koran harian Aceh sekaligus secara bersamaan menjadi pahlawan keparkiran di area jalan dua bundaran Simpang 7.
Lelaki yang lahir 1958 ini memiliki tinggi badan 165 centimeter dan berkulit sawo matang serta menggunakan peci bulat dan kemeja rapi ditambah dengan rompi oren serta peluit tersangkut di dadanya.
Setiap pagi Pak Amin merangkul korannya sambil mengayunkan handuk kecil sesekali ke bagian mukanya ketika ia lelah.
Mondar-mandirnya tidak hanya di lintas Simpang 7 saja, ia bisa juga bertempuh ke pinggir bangunan toko Ulee Kareng dan di jalur dua arah.
“Bapak mulai jemput koran itu dari jam 02:00 malam. Bapak ambil korannya di kantor Serambi Indonesia terlebih dulu dan meneruskan perjalanan antar ke rumah pelanggan yang biasa sudah terjadwal beberapa orang di sekeliling Kecamatan Ulee Kareng seperti Gampong Ie Masen, Lamglumpang, Lamteh, Pango, Ilie sampai Lam Ujong,” kata lelaki yang akrab disapa Yahwa Amin.
Yahwa Amin sudah biasa ia hadapi ketika cuaca terik dan cuaca kala ujan menerjang. Koran dagangannya harus habis beliau jual dan area parkir siap siaga untuk di pantau setiap hari.
Hasil dari menjual koran biasanya Rp 100 ribu perhari, terkadang bisa di bawah angka tersebut dan kadang pula bisa melebihi dari biasanya.
Meski terkadang sengatan terik matahari begitu hebat, pria warga Lamateuk itu tidak urung semangat untuk mencari rezeki yang halal dan berkah.
Dalam ceritanya, sejak usia 12 tahun Yahwa Amin sudah giat bekerja berangkat dari Indrapuri menuju ke Banda Aceh untuk mengais rupiah.
Sebelum terjadi Tsunami, Yahwa Amin tinggal di Lamteumen Banda Aceh. Sesudah bencana 2004 silam, ia beserta keluarga pindah ke Lam Ateuk.
Hampir 16 tahun sudah Yahwa menekuni pekerjaannya sekarang.
“Lon dari leuh Tsunami meukat koran dan jaga parkir. Rojeh lon kerja di jalan pasar Peunayong, ( saya mulai dari sesudah Tsunami jualan koran dan jaga parkir, dulu saya jaganya di pasar Peunayoeng),” ujarnya.
Rela berpanas-panasan meski ujan juga turun lebat, Amin tetap optimis melariskan 100 butir koran setiap hari yang di gendongnya.
“Alhamduliilah sejauh ini sering sekali koran bapak habis sebelum jam 12 siang. Kadang-kadang ada juga yang tinggal korannya,” tuturnya di sela-sela istirahat.
Amin memiliki enam buah hati yang semuanya telah berkeluarga dan tinggal di rumah sendiri. Rejeki yang ia cari selesai kerja di nikmati berdua sama istri.
Tak membuat lelahnya menyerah dengan cepat di area parkir. Amin sering terhibur dengan pengendara yang menyapanya atau berjabat tangan dengannya.
“Kawan saya ketika lewat di simpang 7 pasti di sapa begitupula pemuda dan remaja yang rendah hati ingin ramah sama orang tua yang saling berinteraksi,” sebutnya sambil ketawa.
Pelanggan-pelanggan korannya juga bukan hanya kalangan masyarakat setempat saja. Justru tanpa sadar pas mau memberikan korannya Amin shock melihat Pak Camat, polisi dan pejabat pemerintah lainnya berusaha melariskan koran dagangan Amin.
Hiburan di sepanjang jalan tidak hanya disitu saja. Yahwa Amin hampir setiap minggu membantu Polisi mengatur jalan lintas kota. Polisi memantau jalan di sampingnya supaya tidak macet dan ia meniupakan peluit untuk mengatur parkiran.
Ihklas hatinya dalam menjalankan kehidupan tak surut dari kegelisahan semata-mata karena imbalan dari manusia.
Kesabaran dan giat kerjanya sangat di utamakan dalam menjalankan aktivitas. Gagah perkasanya melambaikan koran ke orang sekitar dan tangannya pun sesekali memegang palang motor serta memberikan kode jalan kepada si roda 4 yang berteduh.
Rezeki itu sudah di atur, kita tinggal berusaha dan berdoa. Sebagaimana kita ambil pelajaran bermanfaat di kehidupan dari kisah semangat berjuang Pak Amin kece dalam membahagiakan keluarga tercintanya.
Bagaimana jangan galau ya yang muda-muda, terus semangat.(Zan)