Banda Aceh – Aceh terpilih menjadi satu-satunya provinsi yang mempunyai komunitas Voice People di Sumatera. Hal ini menunjukkan Kepercayaan Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kepada Aceh untuk mendirikan sebuah komunitas yang berfokus pada industri suara. Hal ini dituturkan oleh Bimo Kusumo selaku Founder Voice Institute Indonesia dalam pembukaan acara launching Voice Pepole Aceh, Sabtu (12/10/2024).
“Voice people ini sudah ada di seluruh Indonesia. Ada di Jakarta, Surabaya, Jogja, Jawa Timur, Bali dan di Makasar. Aceh jadi satu-satunya menjadi voice pepole pertama yang ada di Sumatera,” Ujar Bimo.
Bimo menjelaskan berdirinya komunitas ini menunjukkan ada kepercayaan yang luar biasa dari pemerintah pusat bahwa Aceh, menjadi representatif pertama dari pulau Sumatera untuk bisa mendirikan sebuah komunitas di mana akan menjadi ekosistem, wadah kolaborasi yang baik dari komunitas, brand dan juga pemerintah.
“Kolaborsi inilah yang sebenarnya kita butuhkan di era ke depan nanti,” katanya.
Bimo mengungkapkan, alasan dibalik pemberian nama Voice People bermula saat Voice Institue Indonesia bersama Menparekraf mengadakan lomba Voice Over seluruh Indonesia dan telah berjalan tiga tahun.
“Di tahun ke tiga, akhirnya ada pemenang yang diberangkatkan ke Jakarta dari Aceh,” katanya.
Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwasanya Voice Over sendiri bukan hanya untuk iklan di televisi atau radio.
“Voice Over tidak hanya dituhkan untuk ikan di televisi atau radio, tapi juga mendukung segala sesuatu di era digital, seperti promosi kebudayaan, promosi wisata, dan segala setsuatu yang ada di kota atau provinsi,” jelasnya.
Lebih lanjut ia mengatakan tren sosial media yang membahas kualitas SDM yang ada di Indonesia yang masih terbilang rendah.
“ Ada tiga hal yang menyebabkan SDM rendah. Pertama, stunting. Kedua, kurangnya sebaran teknologi. Ketiga, kurangnya fasilitas dan persebaran pelatihan-pelatihan soft skill. Sedangkan, pelatihan-pelatihan soft skill di dunia itu sudah diburu oleh masyarakat,” paparnya.
Terlebih lagi, lanjut Bimo, Indonesia sedang menghadapi fenomena di mana minat baca mulai menurun. ini kesempatan suara-suara indah dari Aceh untuk berperan di era revolusi industri ini.
“Ini bukan mimpi yang terwujud, tetapi niat yang akhirnya bia dilakukan. Jika sekedar mimpi, maka akan selesai bila telah tercapai. tetapi jika niat maka usaha akan selalu ada,” tutupnya.(Oja)
Di saat yang bersamaan, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh. Almuniza Kamal mengungkapkan dukungan penuh pemerintah terhadap komunitas Voice people Aceh.
“Berbicara tentang Voice Over, kita tau ini merupakan salah satu sub ekonomi kreatif di sekotor dunia pariwisata. Sesuai dengan amanah gubernur, kami dinas budaya pariwisata akan mengawal kegiatan ini dan kalau bisa kita kolaborasi bersama,” pungkasnya.(Oja)