Banda Aceh – Universitas Islam Negeri (UIN) AR-Raniry menerima mahasiswa lintas agama pada penerimaan mahasiswa baru tahun 2024. Hal ini merupakan dampak positif dari transisi Intitut Agama Islam Negeri (IAIN) Menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry. Hal ini dituturkan langsung oleh Kepala Biro Administrasi Akademik Kemahasiswaan dan Kerjasama (AAKK) UIN AR-Raniry Mirwan Fasta.
“Dahulu wilayah keilmuan kita masih dalam lingkup kecil, karena saat itu masih institut. Namun, semenjak berubah menjadi univeristas, kita menjadi perguruan tinggi yang terbuka untuk mahasiswa lintas agama. Sehingga kita harus mau dan mampu menerima perbedaan,” tutur Mirwan.
Kata Mirwan, tahun ini ada mahasiswa UIN AR-Raniry nonmuslim lulus lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNPTN). Sehingga menjalankan seluruh proses yang sama dengan mahasiswa lainya.
Dalam hal ini, Mirwan mengungkapkan AR-Raniry menggarisbawahi moderasi dan toleransi, sehingga kampus ini tidak memarginalkan peluang mahasiswa untuk yang beragama islam saja. Namun, itu merupakan sebuah tantangan.
“Keberagaman memang sebuah tantangan bagi kita untuk menuju World Class University, kita tidak akan bisa mencapai hal tersebut tanpa keberagaman. Inilah bentuk keberagaman yang yang di UIN AR-Raniry, orang yang ingin belajar tentu kita terima, tidak boleh menolak meski berbeda agama,”jelasnya.
Terkait keseragaman pakaian, ia mengatakan bahwasanya para pimpinan sudah diskusi secara mendalam. Tampil alamiah sesuai dengan keyakinan merupakan bentuk keberagaman yang harus ditekankan dalam dunia perkuliahan.
“Dengan tampil alamiah dalam artian tidak memakai hijab seperti mahasiswa lain, justru elegan, karena itu sesuai dengan keyakinanya. Memaksa nonmuslim kita berhijab itu tidak rasional,” ujar Mirwan.
Keberagaman yang menghiasi pengenalan budaya akademik dan perkuliah (PBAK) 2024 membuka peluang untuk mempromosikan Islam rahmatan lil alamin dimana merangkul keberagaman yang ada di masyarakat.
“Kita menerima mahasiswa lintas agama bukan untuk pertama kalinya tahun ini. Bahkan di pascasarjana, ada mahasiswa kita yang berasal dari Korea. tahun ini kita juga merima mahasiswa dari luar negeri, dari India dan Tanzania. Insyaallah minggu ini akan sampai. Mereka masuk jalur beasiswa kementerian pendidikan,” papar Mirwan.
Dalam UIN AR-Raniry, tentu banyak memiliki program penguatan keislaman seperti program mahad dan tes Al Quran. Dalam hal mengahadapi keberagaman, UIN AR-Raniry tentu mempersiapkan program yang memiliki esensi yang sama namun pelaksanaanya berbeda bagi mahasiswa nonmuslim.
“Tentu ada program khusus bagi mahasiwa yang nonmuslim, intinya tidak memberatkan dan tidak juga meringankan,” terangnya lagi.
Disisi lain, Rosliani Br Tumangger, mahasiswi Prodi Ilmu Perpustakaan yang merupakan nonmuslim mengungkapkan kesannya saat PBAK 2024.
“PBAK ini seru. Cuma kemarin saat penyematan almamater oleh rektor, saya lumayan kaget, karena informasinya mendadak. Secara, syarat PBAK harus memakai kerudung. Namun saat PBAK diintruksikan untuk membuka kerudung, biar ada keberagaman kata dosen saya,” ungkap Rosliani.
Rosliani mengungkapkan ia lebih nyaman tidak memakai kerudung, karena sesuai dengan keyakinanya. Namun, hal ini menjadi perhatian mahasiswa baru (maba) lain lantaran dilanda kebingungan akan kehadiran nonmuslim di UIN AR-Raniry. Hal ini membuat Rosliani merasa tidak nyaman.
“Mungkin mereka heran kenapa nonmuslim bisa masuk ke sini (UIN Ar-Raniry). Memang merasa tidak nyaman karena diperhatikan, tapi mau bagaimana lagi kan. Bahkan ada yang bilang salah server. Tapi yaudahlah, nanti juga terbiasa,” ujarnya.
Meskipun demikian, Rosliana menikmati seluruh proses PBAK sama seperti maba lainya. ia juga tidak keberatan bila harus berjalan dengan rombongan maba ke mesjid, meskipun ia harus menunggu di luar mesjid saat maba sedang melaksanakan sholat.
“Besokkan jadwalnya PBAK fakultas, sepertinya akan seru. Karena tadi kami ada disuruh bawa beberapa makanan dan ada teka-teki. Saya penasaran besok kegiatanya bagaimana,” pungkasnya.(Oja)