Acehasia.com-Yayasan Aceh Bergerak gelar Surah Film dengan judul “Farha” yang disutradarai oleh Darin J.Sallam dan berlangsung di Sekretariat Aceh Bergerak, Lambhuk, Ulee Kareng, Banda Aceh, Selasa malam (14/11/2023).
Acara ini berhasil menyatukan masyarakat dalam dialog yang intens setelah pemutaran film yang menggambarkan berbagai aspek konflik internasional yang terjadi di Palestina tahun 1948.
Turut hadir sebagai pemateri Sekjen Ikatan Sarjana Alumni Dayah, Dr. Teuku Zulkhairi, Manager Program Global Ehsan Relief, Ina Fauziana Syah.
Dalam diskusi yang berlangsung, Sekjen ISAD, Teuku Zulkhairi mengemukakan pandangannya terkait penderitaan dan kehilangan yang dialami oleh penduduk Palestina selama peristiwa Nakba di Gaza.
“Berbicara mengenai konflik di Palestina, ini merupakan sejarah paling menyedihkan yang kita kenang termasuk peristiwa Nakba yang baru saja kita tonton dalam film Farha,”.
Zulkhairi menyampaikan ada beberapa upaya dukungan yang dapat dilakukan untuk Palestina yaitu dengan 5D .
“Dukungan untuk Palestina dapat muncul dalam 5D yaitu melalui doa, dana, demonstrasi, diplomasi, dan darah (jihad)”.
Manager Program GER, Ina Fauziana Syah menyampaikan keprihatinan yang mendalam terhadap penyerangan terhadap rakyat Palestina oleh tentara Israel. Menurut dia ada empat alasan mengapa umat Islam harus membela Palestina dan Masjidil Aqsa.
“Terdapat empat alasan mengapa kita harus membela Palestina. Yang pertama Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama umat Islam, Kedua, Masjidil Aqsa merupakan masjid kedua yang dibangun di muka bumi. Ketiga, Masjidil Aqsa merupakan masjid suci ketiga umat Islam yang penting untuk dikunjungi setelah Masjidil Haram dan Nabawi, dan terakhir Palestina merupakan tempat dimana lahir banyak para ambiya,”.
Pemutaran film ini mencakup berbagai sudut pandang dan narasi yang menjadi katalisator untuk diskusi yang beragam. Terlihat antusias peserta dari berbagai lapisan masyarakat, termasuk akademisi, aktivis, dan anggota komunitas, bersatu untuk membagikan pandangan mereka tentang isu-isu kontroversial yang diangkat dalam film Farha tersebut.
Peserta juga diberi kesempatan untuk bertanya dan berbagi pandangan mereka untukbmenciptakan ruang terbuka bagi pemahaman yang lebih baik tentang kerumitan konflik di Palestina.
Sebagai hasil dari acara ini, banyak peserta menyatakan bahwa pemutaran film dan diskusi sesudahnya telah membuka mata mereka terhadap nuansa dan realitas konflik yang mungkin terlewatkan dalam berita harian. Sejumlah inisiatif lokal juga diusulkan untuk terlibat lebih lanjut dalam pemahaman dan penyelesaian konflik yang relevan.
Masyarakat setempat berharap untuk menyelenggarakan lebih banyak kegiatan serupa di masa depan guna terus membangun jembatan pemahaman di antara berbagai kelompok masyarakat.[]