AcehAsia.com | Banda Aceh — Komunitas musik etnik modern SuKamoSa akan menggelar pertunjukan musik bertajuk “Segenap Karya SuKamoSa” pada Minggu, 25 Mei 2025, di Gedung Indoor Taman Budaya Aceh. Acara ini menjadi penanda 30 tahun perjalanan berkesenian kelompok yang dipimpin oleh seniman musik Aceh, Jamal Taloe.
Dalam konser ini, SuKamoSa akan membawakan 10 karya musik dan lagu yang mencerminkan refleksi perjalanan kreatif mereka sejak didirikan pada 1995. Seluruh pertunjukan akan dikemas dalam bentuk kolaboratif, menggabungkan kekuatan musik tradisi Aceh seperti Rapa’i, Geundrang, Seurune Kale, dan vokal khas Aceh, dengan sentuhan musik modern sebagai latar dan efek suara. Beberapa seniman lintas disiplin seperti penari, pelukis, dan seniman kontemporer juga akan terlibat demi menghadirkan alur pertunjukan yang lebih dinamis dan atraktif.
“Ini bukan hanya pertunjukan musik, tapi refleksi dari perjalanan panjang kami sejak masa konflik, tsunami, hingga pandemi dan pascapandemi. Semua fase itu terekam dalam karya-karya kami,” ujar Jamal Taloe, pendiri dan leader SuKamoSa.
Kiprah dan Kontribusi SuKamoSa
SuKamoSa, singkatan dari Suara Kami Satu, awalnya berdiri sebagai Komunitas Musik Aceh dan baru menggunakan nama SuKamoSa sejak 2015. Selama tiga dekade berkarya, SuKamoSa telah menelurkan lebih dari 60 karya musik dan lagu yang telah dipentaskan baik di tingkat lokal, nasional, maupun internasional.
Beberapa di antaranya termasuk partisipasi dalam Festival Rapa’i Internasional, Auckland Carnival, Aceh World Jazz Festival, Pekan Kebudayaan Aceh (PKA), dan berbagai ajang seni lainnya. Lagu-lagu seperti Hu Zat, Bungong Jeumpa, dan Jalla menjadi karya yang kerap dibawakan dalam berbagai event kebudayaan Aceh.
Tak hanya tampil, SuKamoSa juga aktif menciptakan musik untuk berbagai keperluan seperti jingle pariwisata, program televisi, film dokumenter, hingga tari kolosal. Beberapa kontribusi penting mereka antara lain;Penata musik untuk tim tari Aceh di Peksiminas Surabaya (1999), Program Damai Aceh di TVRI Pusat (2000), Musik Qawali di RCTI (2000), Program Aceh Meretas Jalan Baru di Metro TV (2001), Penata musik tari massal HUT Kodam IM (2002), Pembuatan audio instruksional alat musik tradisi Aceh bersama TEKKOMDIK (2009), Musik jingle Visit Banda Aceh (2012), OST film dokumenter Jejak Rapa’i Pase (2021) dan Uroh Pase Indatu (2022), Penghargaan dan Pengakuan
Pada 2015.
Jamal Taloe dianugerahi penghargaan oleh Pemerintah Kota Banda Aceh sebagai Pelestari Musik Tradisi dalam ajang Anugerah Seni. Ia dikenal sebagai tokoh penting dalam pelestarian dan transformasi musik tradisi Aceh ke dalam format yang lebih modern dan bisa diterima berbagai kalangan.
Beberapa karya SuKamoSa yang menonjol di antaranya;Tsunami Song (2005), Spirit of Rapa’i (2006 & 2016), Su Nanggroe bersama Bintang Indrianto (2018), Tapak Raja dan CoronaBorasi (2020), Ajang Kreasi Seniman Aceh (2024).
Pertunjukan “Segenap Karya SuKamoSa” merupakan bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan semangat berkesenian komunitas ini selama tiga dekade. Acara ini terbuka untuk publik, dan pendanaannya berasal dari sponsor, donatur, serta dukungan pihak lain yang tidak mengikat.
“Semoga pertunjukan ini dapat menjadi ruang refleksi dan inspirasi, serta momentum kebangkitan semangat berkarya di dunia musik tradisi Aceh,” pungkas Jamal Taloe.[]