Acehasia.com | Banda Aceh – Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA), Jamaluddin, S.H., M.Kn., menggelar silaturrahmi dengan sejumlah wartawan di Banda Aceh. Pertemuan yang berlangsung dalam suasana hangat dan penuh keakraban ini menjadi momen pertama bagi Jamaluddin setelah dilantik oleh Pj Gubernur Aceh sebagai Ketua BRA pada 28 oktober 2024 lalu. Dalam pertemuan singkat yang dilakukan di kantor BRA tersebut membahas terobosan serta memperkuat peran BRA dalam pembangunan Aceh, khususnya dalam mendukung reintegrasi sosial dan ekonomi mantan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), korban konflik, serta mantan tapol dan napol, Senin (06/01/2025).
Jamaluddin mengungkapkan bahwa salah satu program utama yang akan segera dirancang adalah pengembangan aplikasi digital, yaitu e-Proposal dan e-Kinerja. Platform e-Proposal direncanakan untuk mempermudah proses pengajuan proposal bagi para penerima manfaat bantuan BRA, seperti mantan GAM, korban konflik, dan tapol napol. “Melalui aplikasi ini, pengajuan proposal bantuan akan lebih transparan, efisien, dan terpantau secara digital, sehingga dapat mempercepat proses administrasi dan mengurangi potensi penyalahgunaan,” ungkap Jamaluddin.
BRA segera akan dibenahi, pendataan terhadap penerima bantuan tanah yang telah disalurkan oleh BRA. Menurutnya, pendataan ini sangat penting untuk memastikan bahwa bantuan yang diberikan tepat sasaran dan tidak ada yang terlewatkan.
Dalam pertemuan tersebut, Jamaluddin juga meminta dukungan dari para wartawan untuk membantu menjadi mitra dalam program-program BRA dan memastikan bahwa masyarakat Aceh mendapatkan informasi yang akurat mengenai kebijakan yang ada. “berharap, dengan adanya keterlibatan media dalam proses reintegrasi ini, bisa tercipta sinergi antara pemerintah dan masyarakat dalam membangun Aceh pasca-konflik,” tambah Jamaluddin.
Puluhan wartawan yang tergabung dalam berbagai organisasi pers di Aceh hadir dalam pertemuan tersebut. Beberapa di antaranya mengutarakan keluhan terkait hubungan yang terkesan jauh antara BRA dengan media. Para wartawan menyatakan bahwa selama ini BRA dinilai kurang terbuka kepada media, dan beberapa wartawan bahkan mengaku tidak pernah mendapatkan akses ke kantor BRA. Hal ini menyebabkan kesan bahwa BRA terkesan “berjarak” dengan jurnalis.
Sementara itu, Jamaluddin mengakhiri pertemuan dengan mengajak wartawan untuk bersama-sama untuk membangun Aceh pasca konflik untuk menjadi daerah dengan citra yang baik. “saya berharap, dengan dukungan media, program-program yang akan dijalankan BRA bisa lebih efektif dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Aceh, khususnya bagi mantan GAM, korban konflik, serta kelompok masyarakat,” tutup Jamaluddin.