AcehAsia.com | Banda Aceh – Wangi khas dupa yang telah dibakar menyengat indra penciuman. Asapnya mengepul menabrak atap-atap vihara. Beberapa lilin disusun di tempat-tempat sembahyang. Buah-buahan juga.
Mereka yang merayakan, khusyuk melaksanakan sembahyang di dalam vihara. Mata mereka terpejam sembari memanjatkan doa di tahun Ular Kayu ini, di tangannya terdapat beberapa dupa.
“Kita ngapain di sini? ”, ujar seorang pria berkaca mata sembari mengintip di sela-sela pagar Vihara Dharma Bhakti, Peunayong. Ocehan singkatnya sukses menggelitik teman-teman yang ada di sampingnya.
“iya, ngapain ya,” Gurau mereka.
Tahun ini, merupakan tahun pertama Andre menyaksikan perayaan Imlek. Rasa penasaranya begitu besar, namun ragu untuk memasuki Vihara. Andre dan teman-teman mendapatkan informasi pertunjukan Barongsai melalui media sosial.
“Kami pertama kali melihat ini. Biasany Cuma dengar Barongsai, tapi gak pernah nonton, ” ujar Andre kepada Acehasia.com.
Awalnya, Andre berniat untuk pergi refreshing ke Mata Ie, namun ia sempatkan untuk menonton Barongsai sebelum ke sana.
“Niatnya mau ke Mata Ie, tapi ke sini dulu. Biar tidak kepikiran,” kelakarnya.
Pukul 09.00 WIB, ratusan masyarakat Aceh padati vihara. Awalnya masyarakat Aceh yang notabena muslim hanya melihat prosesi ibadah Imlek melalui sela-sela pagar vihara. Namun, tak lama dari itu, dua mobil pick-up hitam berhenti di sana, manurunkan pemain barongsai.
Warga berbondong-bondong memasuki Vihara, memadati halaman di sana. Hendak menyaksikan atraksi barongsai.
Pemain barongsai memulai atraksinya. Tambur mulai dipukul, tanda atraksi segera dimulai. Kemudian disusul dengan simbal, kenong dan alat musik lainya.
Tiga barongsai mulai memasuki Vihara. Tarian ini dimainkan oleh dua orang dengan kostum menyerupai singa. Barongsai merupakan tarian tradisional yang ditunggu-tunggu saat perayaan Imlek.
Penampilan Barongsai berlangsung selama kurang lebih 15 menit. Kemudian para penari meninggalkan vihara. Tak lama dari itu, kerumunan masyarakat mulai bubar satu persatu. Menyisakan mereka yang melangsungkan ibadah Imlek.
Hermawati, warga Kampung Mulia mengungkapkan tak merasa terganggu atas antusias Masyarakat Aceh dalam menyaksikan perayaan Imlek.
“Saya tidak merasa terganggu, itu bergantung kekhusyukan kita saat beribadah. Kita kalau mau ibadah ya ibadah aja, Kalau menganggu enggak sih, itu bergantung kita,” ujarnya.
Menurut Hermawati, rasa penasaran masyarakat terhadap sesuatu yang baru merupakan hal lumrah. Ia mengungkapkan juga penasaran dengan tempat Ibadah umat Muslim di Aceh.
“Saya juga pernah ke Mesjid Raya,” katanya.
Hermawati telah 5 tahun berada di Aceh. Sebelumnya, ia tinggal di Medan. Awalnya, ia juga merasa takut akan budaya di Aceh, terlebih lagi dengan agamanya. Namun, hal tersebut hanya menjadi bayang-bayang yang tak pernah terwujudkan di bumi Serambi Mekkah ini.
“Pertama kali sih takut ya, tapi sekarang tidak lagi. Lebih aman di Aceh sih. Orang-orangnya pun sopan,” pungkasnya.(Oja)