Banda Aceh – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh menyelenggarakan Ajang Seni Rapai Tuha Tahun 2022, 6 Maret 2022, di Gedung In door Taman Seni dan Budaya Aceh. Hal ini sebagai wujud meregenerasikan dan representasi kepada masyarakat dan para pelaku seni Tradisi Aceh.
Kepala UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh, Azhadi Akbar, mengatatakan, memasuki era globalisasi banyak orang Aceh melupakan adat budayanya sendiri. Salah satunya seperti seni rapai. Instrumen musik ini merupakan warisan leluhur orang Aceh.
“Namun efek dari perkembangan zaman modernisasi, Seni budaya ini semakin merosot dan mulai tergerus oleh zaman.
Bahkan nyaris hilang, seperti rapai tuha. Keadaan ini menghantarkan Pemerintah Aceh berinisiatif untuk mengadakan program kegiatan sebagai ajang atau ruang apresiasi bagi seluruh pelaku seni tradisi Aceh yang bertujuan untuk melestarikan, memberdayakan dan memicu para pelaku seni Tradisi agar dapat lebih eksis dalam hal pelestarian seni tradisi,” katanya.
“UPTD Taman Seni dan Budaya menjadi salah satu koneksi pemerintah dalam melakukan pemberdayaan dan pengembangan terhadap kesenian Rapai Tuha. Sehingga rapai biasa menjadi rapai dengan alat perkusi dunia, alat kesenian tradisional Aceh yang mulai tergerus oleh zaman dan kesenian tradisional yang tepat untuk membangun relasi seni rapai acara pegelaran – pegelaran modern yang lebih mendominasi di masa kini,” jelasnya.
Penyelenggaraan Ajang Seni Rapai Tuha dilaksanakan yang diaksanakan seama dua hari ini menggunakan dana DAK (Dana Alokasi Khusus). Seniman – seniman muda berbakat serta pelaku seni tradisi bisa mengembangkan potensi dan membangun relasi seni rapai tuha untuk terus mewariskan dan memperkenalkan kepada generasi muda akan ketinggian dan keluhuran seni budaya Aceh di masa yang akan datang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, SE, M.Si, Ak menjelaskan, bahwa kesenian seni rapai tuha yang merupakan seni tradisional Aceh yang perlu dilestarikan dan dikembangkan.
Selain itu Kadis, mendorong seniman-seniman muda berbakat, agar lebih kereatif pastinya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui UPTD Taman Seni dan Budaya selalu mendukung penampilan seni sebagai mengasah bakat seniman rapai tuha.
Beralih dari kenyataan tersebut, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, melalui UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh melaksanakan Ajang Seni Rapai Tuha tahun 2022 sebagai wujud meregenerasikan dan representasi kepada masyarakat dan para pelaku seni Tradisi Aceh yang bertempat di Gedung In door Taman Seni dan Budaya Aceh
Kepala UPTD Taman Seni dan Budaya Aceh menjelaskan bahwa UPTD Taman Seni dan Budaya merupakan salah satu koneksi pemerintah dalam melakukan pemberdayaan dan pengembangan terhadap kesenian Rapai Tuha salah satunya dengan mengangkat Rapai dalam upaya mensejajarkan Rapai dengan alat perkusi dunia. Seni Rapai Tuha merupakan salah satu alat kesenian Tradisional Aceh yang mulai tergerus oleh zaman dan kesenian tradisional yang tepat untuk membangun relasi seni rapai acara pegelaran – pegelaran modern yang lebih mendominasi di masa kini.
Penyelenggaraan Ajang Seni Rapai Tuha dilaksanakan hari Minggu s.d Senin tanggal 06 s.d 07 Maret 2022 pada pukul 09:00 Wib s.d selesai bersumber dari sumber dana DAK (Dana Alokasi Khusus) ini direalisasikan untuk Seniman – seniman muda berbakat serta pelaku seni Tradisi juga pengingat kembali bagi masyarakat Aceh dalam mengembangkan potensi dan membangun relasi seni rapai tuha untuk terus Mewariskan dan memperkenalkan kepada generasi muda akan ketinggian dan keluhuran Seni Budaya Aceh di masa-masa yang akan datang.
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh, Jamaluddin, SE, M.Si, Ak mengatakan bahwa, Kesenian Seni Rapa’i Tuha yang merupakan Seni Tradisional Aceh perlu dilestarikan dan dikembangkan kembali dan perlu ditingkatkan untuk mempererat relasi para seniman-seniman muda berbakat, dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Aceh melalui UPTD Taman Seni dan Budaya selaku pelaksana teknis pengembangan dan pemanfataan Seni dan kebudayaan akan terus berupaya meningkatkan berbagai kegiatan kesenian dalam rangka pemajuan pengembangan objek kebudayaan di Aceh.