Banda Aceh – Punya potensi rajungan, Desa Alue Naga menjadi salah satu desa yang menjadi lokasi tempat pengabdian kepada masyarakat oleh dosen dan mahasiswa Fakultas Kelautan dan Perikanan (FKP) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh. Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ilham Zulfahmi, ketua pengabdian, ketika sedang melakukan sosialisasi kepada nelayan tradisional yang tergabung dalam Hareukat Bersama di Desa Alue Naga, pada Senin (29/07/2024).
“Salah satu potensi di Alue Naga ini adalah rajungan, jadi untuk meningkatkan pengelolaannya kami melakukan beberapa tahap,” kata Ilham.
Tim pengabdian FKP USK sudah melakukan 3 tahapan menuju langkah awal peningkatan pengolahan rajungan di Desa Alue Naga. Ilham menjelaskan 3 tahapan tersebut termasuk membuat bubu yang sudah dimodifikasi melalui kerja sama Hareukat Bersama untuk proses penangkapan rajungan. Kemudian mengadakan sosialisasi mengenai aturan-aturan penangkapan yang sesuai dengan Undang-Undang yang sudah ada. Dan tahap terakhir memberikan pembelajaran kepada para nelayan tentang penanganan hasil rajungan yang diperoleh.
“Kita tahu rajungan ini cepat rusak dan bau jadi butuh penanganan yang baik agar dia bisa tahan lama dan harga jualnya bisa tinggi,” jelasnya.
Sukardi, selaku ketua Hareukat Bersama mengaku pembuatan bubu tersebut memiliki keunggulan di ukuran bubu pada umumnya. Ukuran yang 3 kali lebih besar ini mampu meringkas waktu penangkapan rajungan dari biasanya.
“Kalau pasang bubu kecil 1 banding 3 berarti 3 kali jala, kalau ini 1 kali tarok langsung 3, kalau kita bandingkan dengan bubu yang kecil,” tuturnya.(Rina)