AcehAsia.com | Banda Aceh – Fadli Zon, Menteri Kebudayaan nilai kritik yang disampaikan sineas Aceh mengenai usulannya membangun bioskop merupakan saran semata. Ia mengaku hanya menyampaikan idenya kepada wakil gubernur terpilih dikarenakan kota dengan julukan “Serambi Mekkah” itu belum memiliki bioskop, dan dengan berlakunya syariat Islam, Fadli menyarankan ada penyesuaian dan adaptasi nantinya dalam pengelolaannya.
“Bukan tetap dibangun, saya menyarankan agar ada bioskop di sana. Tentu ini karena Aceh ini agak spesifik. Karena Aceh ini menggunakan syariat Islam, jadi perlu ada mungkin penyesuaian dan adaptasi di situ,” kata Fadli Zon saat ditemui di di Yogyakarta pada Jumat (17/01/2025).
Tidak hanya untuk penyesuaian terhadap syariat islam yang berlaku, Fadli turut melirik negara-negara Islam di Timur Tengah seperti Arab Saudi. 35 tahun dilarang, kini “Negeri Minyak” itu berambisi untuk memiliki 300 bioskop dan 2.000 layar pada 2030. Qatar juga termasuk negara yang memberlakukan syariat islam, namun di tahun 1972 Qatar resmi pertama kali memiliki bioskop.
“Tapi di negara-negara Islam di Timur Tengah kan juga banyak bioskop. Coba, kalau kita lihat di Doha, di Arab Saudi, banyak bioskop,” katanya.
Trend OTT (Over-The-Top) yang banyak diminati masyarakat karena menawarkan kemudahan mengakses film kapan saja dan di mana saja tentu sangat disadari oleh Fadli. Namun tetap saja, pengalaman menikmati film dengan kualitas suara, gambar, dan pengalaman sinematik lebih baik merupakan bagian terpenting bagi industri perfilman.
“Jadi yang kita kurang justru bioskop-bioskop itu, layar-layar itu. Di Sumatera Barat yang ada bioskop hanya ada di Kota Padang,” kata Fadli.
Economic Adviser & Senior Economist PT Samuel Sekuritas Indonesia, Fithra Faisal, menyoroti potensi kekayaan intelektual yang dimiliki oleh industri perfilman Indonesia mencapai angka Rp130 triliun dan mampu membuka 400-500 ribu kuota pekerjaan di bidang tersebut.
“Jadi di bioskop itu, selain menonton film, apalagi film-film Indonesia, juga ada kulinernya, ada mungkin tempat untuk diskusinya, dan sebagainya. Jadi itu suatu ekosistem, environment. Nah, jadi termasuk di Aceh juga ya, memang di Aceh mungkin masih ada kendala terkait dengan Qanun [peraturan daerah Aceh]. Nah, tentu harus ada adaptasi,” ungkapnya.
Sampai saat ini, Aceh masih menjadi provinsi yang tidak memiliki bioskop. Menteri Kebudayaan Fadli Zon kemudian menyampaikan sarannya untuk memunculkan bioskop di Aceh dengan konsep syariat islam yang berlaku. Hal tersebut kemudian mengundang reaksi dari sutradara documenter pendek peraih Piala Citra 2021, Three Faces In The Land of Sharia, Davi Abdullah. Davi mengatakan Fadli Zon tidak mengerti budaya Aceh dan tren digital yang memiliki dampak besar terhadap perfilman dunia.
Davi menambahkan masyarakat Aceh yang berpandangan pada pelarangan pembangunan bioskop berasal pada prinsip syariat islam yang dianut. Lebih lanjut, budaya Aceh tidak hanya terbatas pada pelarangan tersebut, jika Fadli Zon terlalu berfokus menyoti itu, Davi menilai Menteri Kebudayaan tidak memiliki pandangan yang maju dan modern.[]