Acehasia.Com – Dosen Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala bersama kelompok pembudidaya ikan kuala cangkoi dibantu mahasiswa melakukan panen kerapu cantang pada Keramba Jaring Apung di Ulee Lheue, Minggu (26/11/2023) Banda Aceh.
Kegiatan ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat yang didanai oleh di danai oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi melalui skema Pemberdayaan Kemitraan Masyarakat (PKM). Kegiatan pengabdian ini berlangsung mulai Juli hingga desember 2023, yang melibatkan tiga dosen dari fakultas kelautan dan perikanan (Ilham Zulfahmi, M.Si, Rian Juanda, M.Si dan Adli Waliul Perdana)serta empat mahasiswa.
Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, para tim pengabdi berhasil meningkatkan kemampuan budidaya kerapu cantang kelompok pembudidaya yang ditandai dengan menurunnya angka kematian ikan dan meningkatnya laju pertumbuhan ikan. Keberhasilan ini diyakini merupakan wujud hasil dari terlaksananya pelatihan dan pendampingan iptek selama kegiatan pengabdian berlangsung. Pelatihan dan pendampingan iptek yang diberikan meliputi manajemen kualitas air, dan produksi pakan buatan, serta teknik pembukuan dan pemasaran digital. Sejumlah narasumber berpengalaman dari akademisi dan praktisi budidaya juga ikut dihadirkan untuk meningkatkan pengetahuan kelompok pembudidaya terkait teknik budidaya kerapu cantang.
Ketua pengabdi Ilham Zulfahmi berharap agar iptek yang sudah diaplikasikan dapat disosialisikan oleh oleh pembudidaya ikan Kuala Cangkoi kepada pelaku budidaya KJA lain yg ada di Kota Banda Aceh.
“Kita siap memberikan pelatihan dan pendampingan kepada kelompok pembudidaya ikan dalam rangka peningkatan produksi dan pemasaran, ” kata Ilham Zulfahmi, Minggu 26/11/2023.
Sementara itu, ketua kelompok pembudidaya ikan Kuala Cangkoi Taufik mengungkapkan bahwa kegiatan ini membawa dampak yang positif untuk aktivitas budidaya di KJA diantaranya peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota kelompok dalam mengelola kualitas air dan pakan.
“Pengetahuan dan keterampilan tersebut telah mengurangi angka kematiaan ikan dan meningkatkan pertumbuhan ikan sehingga dapat dipanen lebih cepat,” jelasnya.
Kerapu cantang dipilih sebagai komoditas utama dalam pengabdian ini karena termasuk kedalam ikan dengan permintaan pasar yang tinggi. Sayangnya, selama ini pemenuhan kebutuhan kerapu cantang khususnya untuk area Kota Banda Aceh masih sangat tergantung pasokan dari luar daerah. Disamping itu, harga jual konsumsi ikan cantang cenderung lebih tinggi dibanding jenis kerapu lainnya yaitu berkisar antara berkisar antara 110.000 – 130.000 /kg. Ukuran panen kerapu cantang umunya berkisar antara 300-500 g per ekor.
Menyikapi keberhasilan program ini, Prof. Dr. Muchlisin ZA selaku Dekan Fakultas Kelautan dan Perikanan USK menyatakan kebanggaannya terhadap kontribusi dosen dalam mewujudkan tridarma perguruan tinggi.
“Program serupa diharapkan bisa menjadi inspirasi untuk kegiatan pengabdian lanjutan dalam rangka pemberdayaan masyarakat perikanan, ” tuturnya.(Naf)