Perkembangan syariat Islam tidak terlepas dari adanya peran dari dai (pendakwah) yang bertugas menyampaian nilai-nilai keislaman secara menyeluruh. Saat ini banyak umat Islam yang ragu terhadap kebenaran ajaran agama Islam, hal ini membutuhkan strategi dakwah yang komunikatif dan adaptif untuk mewujudkan peradaban Islam yang maju dan gemilang.
Mencermati hal tersebut, maka dibutuhkan peran dai dalam menyusun langkah-langkah konkret terhadap praktik yang terjadi di lapangan. Adapun inti utama dalam membangun keyakinan umat yaitu dengan menegakkan nilai-nilai keislaman khususnya di daerah perbatasan yang rawan akan konflik dan pengaruh negatif dari luar. Oleh sebab itu, pelatihan khusus dai dan aktivis dakwah yang diselenggarakan oleh Forum Dakwah Perbatasan (FDP) mulai dari tanggal 26 sampai 27 Desember 2024 di Hotel Oman Banda Aceh, merupakan langkah konkret juga strategis yang perlu mendapat perhatian dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat.
Sebagai salah satu peserta yang peduli terhadap kondisi umat Islam saat ini, penulis mempelajari secara cermat tentang upaya-upaya yang perlu kita lakukan yaitu:
a. Mempelajari Sirah Nabawiyah
b. Berdakwah kepada keluarga, teman terdekat
c. Membangun kelompok/komunitas dakwah
d. Membina dan mengevaluasi perkembangan sahabat-sahabat dalam komunitas
Secara eksplisit, tantangan dalam berdakwah di daerah perbatasan rentan terhadap Kristenisasi. Hal ini karena kelompok kristen begitu mendoktrin jemaatnya secara masif, mereka menyusup ke dalam bidang demografi yaitu mengurangi jumlah Ummat Islam melalui program KB (Keluarga Berencana), melalui bidang ekonomi, dengan memperkuat etnis China, membatasi universitas Islam, mengarahkan untuk berkiblat ke Barat, menanamkan pemahaman liberal, sekuler, orientalis, menguasai bidang informasi dengan menyebarkan berita hoax, untuk menghancurkan keyakinan dan mempengaruhi umat Islam.
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah ayat 120 yang artinya “Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu sebelum engkau mengikuti agama mereka”. Dalil tersebut menjadi bukti yang kuat bahwa kita ummat Islam harus waspada terhadap mereka.
Maka dari itu solusi untuk hal tersebut yaitu dengan membentuk dan melahirkan sistem Islam secara Kaffah, karena jika sistem kepemimpinan pemerintahan masih dibawah naungan sekuler, mustahil sistem Islami akan terwujud.
Penerapan sistem Islam dimulai dengan membentuk kelompok Islam dengan Aqidah yang kuat, adanya da’i yang duduk di pemerintahan, memperbanyak share postingan dakwah Islam, menepis berita hoax yang menyudutkan umat Islam.
Forum Dai Perbatasan telah menunjukkan aksi nyata dengan menjalin beberapa jaringan Organisasi Kepemudaan, Organisasi kemasyarakatan, Komunitas seperti Iskada Aceh, Sahabat Muda Aceh, serta Lembaga-lembaga dakwah lainnya di Aceh
Sebagai peserta yang terlibat langsung, penulis melihat bahwa pelatihan ini sangat bermanfaat, mampu memberikan dampak positif bagi perkembangan dakwah di Indonesia, khususnya di daerah perbatasan. Semoga semangat dan komitmen para da’i dan aktivis dakwah terus berkobar. Mari kita warnai jalan dakwah ini dengan cahaya Islam, kalau bukan kita, siapa lagi?
Penulis Ayya Rizka Nazira merupakan Ketua DPP Iskadawati Aceh.