Acehasia.com- dr Cut Nonda Maracilu, Sp, OG, dokter spesialis kandungan mengisi kegiatan Talkshow interaktif di mini stage PKA 8 Aceh, Minggu 12 November 2023.
dr. Cut Nonda mengatakan, Kualitas keberhasilan sistem kesehatan suatu Negara dapat dinilai salah satunya dari Angka Kematian Ibu (AKI), karena AKI sendiri gambaran dari berjalannya seluruh sistem secara aktif dan tepat, upaya edukasi dan informasi dari Tenaga Kesehatan (Nakes) kepada masyarakat, sistem layanan kesehatan, sistem jaminan kesehatan, sistem rujukan berjenjang, maupun sistem non kesehatan (budaya, pendidikan, dan akses ke pelayanan darurat berkualitas dlm waktu cepat)
dr. Cut Nonda menambahkan, Pada 6 Juli 2023 lalu, Sistem Informasi Gampong (SIGAP) Pemerintah Aceh merilis data Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini sudah mencapai 35 orang.
Dari data tersebut, Aceh menduduki peringkat ke-14 tertinggi se-Indonesia dalam menyumbang AKI. Ujar Cut Nonda
Capaian secara nasional tersebut masih memprihatinkan mengingat target Sustainable Development Growth AKI yang ditetapkan oleh World Health Organization (WHO) adalah 70 per 100 ribu kelahiran hidup pada tahun 2030.
Mengapa AKI dapat terjadi?
•Ibu meninggal karena komplikasi kebidanan yang tidak ditangani dengan baik dan tepat waktu.
•Komplikasi dalam kehamilan Sekitar 75% disebabkan oleh Perdarahan Pasca-Salin (PPS)
•Memerlukan kesiapan pelayanan berkualitas setiap saat, atau 24 jam 7 hari (24/7), agar semua ibu hamil/melahirkan yg mengalami komplikasi setiap saat mempunyai akses ke pelayanan darurat berkualitas dlm waktu cepat, karena sebagian komplikasi memerlukan pelayanan kegawat-daruratan.
PPS itu sendiri adalah kehilangan darah dari saluran genitalia >500 ml setelah melahirkan pervaginam atau >1000 ml setelah melahirkan
secara seksio sesarea.
Perdarahan pasca-salin dapat disebabkan oleh 4 faktor yaitu kelemahan otot (tone) uterus untuk menghentikan perdarahan dari bekas perlekatan plasenta, robekan jalan lahir dari perineum, vagina, sampai uterus (trauma), sisa plasenta atau bekuan darah yang menghalangi kontraksi uterus yang adekuat (tissue), dan gangguan faktor pembekuan darah (thrombin).
Faktor risiko PPS meliputi grande multipara dan gemelli. Meskipun demikian,PPS dapat saja terjadi pada perempuan yang tidak teridentifikasi memiliki faktor risiko secara riwayat maupun klinis. oleh karena itu, manajemen aktif kala III direkomendasikan bagi seluruh perempuan bersalin.
Manajemen aktif kala III meliputi pemberian pemberian obat uterotonika segera setelah bayi lahir, klem tali pusat setelah observasi terhadap kontraksi uterus (sekitar 3 menit), dan melahirkan plasenta dengan penegangan tali pusat terkendali, diikuti dengan masase uterus.
Perdarahan pasca-salin diklasifikan menjadi PPS primer {primary post partum haemorrhage) dan PPS sekunder (secondary post partum haemorrhage). Perdarahan pasca-salin primer adalah perdarahan yang terjadi dalam 24 jam pertama pasca-salin, sedangkan PPS sekunder merupakan perdarahan yang terjadi setelah periode 24 jam tersebut sampai 46 hari.
Pada umumnya, PPS primer/dini lebih berat dan lebih tinggi tingkat morbiditas dan mortalitasnya dibandingkan PPS sekunder/lanjut.
Pencegahan yang dapat dilakukan:
1. Lakukan pemeriksaan kehamilan (Antenatal Care) secara berkala di tempat kesehatan yang tersedia secara berkala.
2. Ibu hamil dan keluarga jangan malu bertanya seputaran kesehatan kepada Nakes terdekat, guna mengenali faktor-faktor resiko tinggi dalam kehamilan.
3. Nakes di pelayanan primer, melakukan identifikasi dini kepada pasien dengan komplikasi dan resiko tinggi, untuk penanganan yang adekuat dan memutuskan rujukan dengan cepat dan tepat.
4. Komunikasi efektif antara Nakes dan RS yang dirujuk, sehingga RS dapat mempersiapkan pelayanan yang tepat guna (cepat dan berkualitas).
Kegiatan dialog interaktif tersebut dilaksanakan pada pukul 14:30-15:30.
dr. Cut Nonda,Sp,OG juga merupakan dokter spesialis kandungan lulusan Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh
dr. Cut Nonda,Sp,OG juga salah satu dokter spesialis kandungan yang berprestasi,ia merupakan salah dokter spesialis kandungan yang meraih juara II oral presentasi pada Kongres Nasional (Konas). (*)