Banda Aceh – Event tahunan Bertabur Bintang yang diinisiasi oleh Yayasan Aceh Bergerak dan menggandeng berbagai komunitas kreatif, telah sukses digelar selama dua hari, 25-26 Desember 2024, di Taman Budaya, Banda Aceh, (26/12/2024)
Mengusung tema “Kebangkitan Aceh dalam Ekspresi Seni dan Budaya”, kegiatan ini menjadi ajang peringatan 20 tahun tsunami Aceh sekaligus ruang bagi generasi muda untuk menunjukkan kreativitas mereka melalui seni dan budaya.
Ketua Yayasan Aceh Bergerak, Eva Hazmaini, mengungkapkan, acara ini dirancang sebagai wadah bagi para sineas dan seniman Aceh untuk menunjukkan karya-karya terbaik mereka.
“Bertabur Bintang adalah bentuk apresiasi kami kepada anak muda Aceh yang kreatif, namun sering kali belum mendapatkan kesempatan untuk memperlihatkan karyanya secara luas. Kegiatan ini telah berlangsung selama dua tahun, dan tahun ini kami bersyukur dapat melaksanakannya di Taman Budaya. Dengan tema inklusi, acara ini menghadirkan berbagai aktivitas, seperti diskusi film, pameran mural, pentas seni, dan pertunjukan musik,” kata Eva dalam sambutannya.
Eva menambahkan, kolaborasi adalah kunci dalam membangun industri kreatif Aceh. “Visi dan misi kami adalah menjadikan seni dan budaya sebagai fondasi untuk kemajuan tanpa melupakan identitas lokal. Industri kreatif Aceh harus terus berjalan, meskipun banyak tantangan yang dihadapi,” kata dia.
Kepala Balai Kebudayaan Wilayah Aceh, Piet Rusdi, turut menyampaikan apresiasinya terhadap acara ini. Menurutnya, Aceh memiliki potensi besar dalam seni dan budaya, khususnya di bidang film.
“Berdasarkan riset, Aceh termasuk salah satu daerah dengan sineas paling kuat di Indonesia. Potensi ini perlu terus didorong dengan kebijakan yang berpihak kepada para seniman dan sineas lokal,” katanya.
Rusdi juga mengungkapkan, pihaknya sedang mempersiapkan berbagai fasilitas publik untuk mendukung perkembangan seni di Aceh, termasuk potensi layar lebar khusus untuk karya-karya sineas lokal.
Selain itu, Rusdi menyoroti pentingnya kebudayaan sebagai pendorong peradaban di Aceh. “Kebudayaan Aceh tidak hanya menjadi identitas, tetapi juga mampu memberikan dampak ekonomi yang signifikan. Dengan kolaborasi lintas sektor, kita bisa mewujudkan ekosistem seni yang lebih inklusif dan produktif,” jelasnya.
Acara ini menghadirkan berbagai pertunjukan seni dan diskusi interaktif, seperti, Penayangan dan diskusi film karya sineas Aceh. Pameran seni mural yang merepresentasikan perjalanan budaya Aceh.
Selain itu, ada juga Diskusi inklusif bersama pelaku seni, budaya, dan komunitas kreatif.
Dengan semangat kolaborasi, Bertabur Bintang Tiga diharapkan dapat menjadi tonggak kebangkitan seni dan budaya Aceh. Yayasan Aceh Bergerak berkomitmen untuk terus mendukung sineas dan seniman lokal agar mampu bersaing di tingkat nasional dan internasional.
Koordinator Bertabur Bintang Tiga Aliyul Hilman, mengatakan selama dua hari, sebanyak dua ribu tiket nonton bareng pada agenda bertabur Bintang batch tiga tersebar. Partisipan acara ini diikuti oleh semua lini dan level masyarakat.
“Antusias warga sangat luar biasa kegiatan ini jadi langkah awal untuk kemajuan industri kreaktif Aceh,” kata Aliyul.
Kata Aliyul, pemuda kreaktif Aceh menunjukkan bakat mereka yaitu pada hari pertama, 25 Desember 2024, rangkaian acara dimulai dengan Fun Coloring untuk anak-anak mengangkat tema mitigasi bencana.
Acara dilanjutkan dengan pemutaran film Saya Delisa, diikuti oleh Tebar Kabar, Peukateun, Minor, dan Joki Cilik Tanpa Pelana. Setelah itu, sesi open stage dan bincang film menghadirkan diskusi mendalam tentang karya-karya yang telah diputar.
Hari kedua, 26 Desember 2024, menghadirkan film Jalan Kembali, Sweet Plastik, Tari PHO, Sie Reuboh, dan Who’s He?. Acara berlanjut dengan pemutaran Jamuan Laut, Hadiah Yang Terlupakan, Surga Untuk Bunda, Kita Sama, Uttary dan Salimah.
Sebagai penutup, film Sabang In Love diiringi Gala Premiere, diikuti oleh sesi berbagi pengalaman dalam Sharing Session: Sabang Is Love Island.
Yayasan Aceh Bergerak dengan Balai Pelestarian Kebudayaan Aceh, serta melibatkan banyak komunitas seni dan budaya, termasuk Aceh Asia, Teater Rongsokan, Aceh Gleeh, Sumberpost, dan Komunitas Film Trieng.