AcehAsia.com | Banda Aceh – Barongsai merupakan tarian tradisional Tiongkok yang memeriahkan perayaan Imlek. Tahun ini, atraksi barongsai berlangsung dari pukul 08.00 hingga 18.00 di beberapa titik. Mulai dari Peunayong, Kampung Laksana, Kampung Keramat, Kampung Mulia, Ulee Lheu, Keudah hingga Lampaseh.
Penampilan barongsai tidak hanya disaksikan oleh masyarakat yang merayakan Imlek. Melainkan ratusan masyarakat Muslim juga menjadi penonton setia penampilan tarian singa ini. Tidak ada satu titik pun yang sepi penonton.
Dalam kepercayaan etnis Tionghoa, barongsai merupakan tradisi warisan leluhur yang dapat membawa keberkatan. Biasanya, orang yang masih mempercayai tradisi ini akan memanggil barongsai ke tempat mereka. Kemudian diberi sejumlah angpao dengan cara digantung. Jumlah uang dalam angpao tidak memiliki patokan tertentu.
Hotel Prapat, hotel legend di Banda Aceh yang telah berdiri sekitar 1950-an merupakan salah satu tempat yang didatangi barongsai. Atraksi di sana juga disaksikan oleh ratusan masyarakat yang memenuhi halaman hotel.
“Itu tradisi orang kami Chinese, kalo ada Aaara atau kenduri juga bisa panggil barongsai. Barongsai itu untuk umum, pemainnya juga ada orang Aceh. Mereka dapat medali Emas PON kemarin,” ujar Kris, pengelola hotel Prapat, Peunayong, Rabu (29/01/2024).
Kris mengenal seluruh pemain barongsai yang ada di Banda Aceh. Katanya, sekarang semua masyarakat telah berbaur. Menurutnya, semua agama punya tujuan yang sama, hanya cara yang berbeda.
Kris beragama Budha, dalam agamanya juga memiliki jadwal rutin beribadah tiap harinya.
“Kalo Islam sembahyang lima waktukan, kami dua waktu. Pagi dan sore,” ujarnya
Kris mengatakan setiap tahun keluarganya pasti mengundang barongsai ke hotel ini. Menurutnya, Imlek tanpa barongsai rasanya tidak meriah. Seperti halnya tahun lalu.
Warna merah merupakan bagian dari tradisi etnis thionghoa. Namun, karena tahun lalu merupakan masa-masa pilpres, pakaian merah tidak dikenakan lantaran merupakan bagian dari atribut partai.
Di sisi lain, Ketua Vihara Dharma Bakti Yuswar menjelaskan Imlek kali ini memasuki tahun 2576, tahun ular unsur kayu.
“Jika kita ambil dari segi sifat, ular itu gesit. Prediksi tahun ini yaitu kita semua harus bergerak cepat,” ujarnya.
Yuswar menungkapakan ibadah yang ia lakukan dari tahun ke tahun sangat dan nyaman. Tak hanya itu, dari segi mencari rezekipun menurutnya tidak ada kendala.
Katanya, sebelum pasar Peunayong dipindah ke pasar Almahira, lapak orang Tionghoa berjualan pasti bertetangga dengan suku lain. Meskipun posisi yang sangat berdekatan, hubungan satu dan lain sangat baik.
“Misal pedangang muslim sedang melaksakan sholat Jum’at, lapaknya pasti ditinggal dan dijaga oleh kawan-kawan sekelilingnya. Saling menjaga,”pungkasnya.(Oja)