Banda Aceh – Sebanyak 160 orang Karyawan Bank Aceh mengikuti Pendidikan dasar-dasar Perbankan Pegawai Prabakti (Reposisi), di aula Hotel Madinatul Zahra, Batoh, Sabtu (18/3/2023).
Kegiatan tersebut menghadirkan mantan Dirut Bank Aceh Aminullah Usman sebagai pemateri, bersama Alamsyah Umar (Ketua Pembina IP-BAS). Hadir pula Kabid Pengembangan SDI BAS, Saffaisal serta jajaran.
Pemaparan materi oleh Aminullah dimulai dengan memutar kilas video profil tentang dirinya, yang menggambarkan sosok pekerja keras dalam bekerja, disiplin dan energik di usianya yang terbilang senja.
“Saya mulai bekerja di sini (BAS) mulai tahun 1984. Dirut saat itu pak (alm) Syamsunan Mahmud. Selaku pegawai Bank tentu kondisinya sangat berbeda dengan sekarang. Saat itu gaji honor Rp40 ribu per bulan. Saya punya anak pertama dan harga susunya itu 20 ribu per bulan. Begitu lah perjuangan (pegawai) Bank Aceh masa itu hingga sangat hebat sekarang ini,” ungkapnya.
Aminullah mengisahkan masa ia meniti karir di Bank kebanggaan masyarakat Aceh. Awal mulanya, ia dipercaya sebagai kepala cabang (kacab) di Langsa pada tahun 1992, kacab di Lhokseumawe di tahun 1993, Kepala KPO Banda Aceh tahun 1998, dan menjadi direktur utama di tahun 2000 hingga 2010 (dua periode).
“Pada saat kepala cabang gajinya saat itu Rp3 juta. Namun kita tidak pernah surut semangat. Tak ada rasa ingin mengkhianati dan kami terus ikhlas bekerja,” ujarnya.
Pada tahun 2000, lanjutnya, barulah dirinya ditunjuk sebagai Plt Dirut Bank Aceh. Dan pada saat itu pula, bank sedang dalam menghadapi crisis moneter. Di mana BAS mengahadapi situasi luar biasa kesulitannya, di mana Provinsi Aceh menghadapi konflik Aceh yang berakhir pada 2005. Dan BAS salah satu bank daerah yang harus ditangani Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) untuk diselamatkan.
Di samping itu, Aminullah Usman menitip pesan kepada peserta yang hadir agar seorang pegawai punya dedikasi tinggi dan loyalitas terhadap Bank Aceh.
Menurutnya, bank punya unsur kompetitor dan Bank Aceh harus mampu keluar dari persaingan. Pada era sebelum masa keemasannya, para pegawai Bank Aceh dulunya dipandang sebelah mata jika bertemu dengan pegawai bank lain. Namun, sekarang kondisinya berbalik, Aminullah meninggalkan Bank Aceh dalam kondisi terhormat dan punya marwah yang tinggi.
Aminullah juga berpesan kepada pegawai untuk terus belajar dan meng-upgrade skill guna memberikan pelayanan terbaik bagi nasabah, khususnya masyarakat Aceh.
“Bank ini urusannya uang, uang dan uang, penting sekali integritas, tidak ada orang yang selamat di perbankan yang merusak program (sistem) bank. Pegawai juga harus punya keimanan, punya rasa hormat dan loyalitas, dedikasi yang tinggi, dan disiplin. Disiplin itu bagian dari pelayanan, jaga citra bank kita,” ungkap Aminullah.
Selain itu, katanya, pegawai dituntut terampil dan cakap dalam berkomunikasi. Orang bank menurut Aminullah harus pandai menjual produk. Dimulai dengan senyum, intonasi nada yang baik, sehingga nasabah merasa nyaman dan senang.
“Belajarlah komunikasi, hindari bicara yang menyakiti orang lain. Pelajari manajemen Prudence (Prudential Banking), orang bank adalah orang yang penuh kehati-hatian, ini juga ciri khas orang bank,” jelasnya.
Orang bank harus sabar dan tidak sombong, harus cerdas, terus belajar dan update ilmunya. Banyak sharing dan bertanya. “Siapapun pegawai bank itu, mau dari yang terendah sampai komisaris utama pun ini (modal) harus kita punya. Ini sebagai bekal bagi saudara sekalian untuk menjadi pegawai,” pungkas dirut dua periode (2000-2010) itu.[]