Banda Aceh – Yayasan Aceh Bergerak adakan pemutaran dan diskusi film bersama Siswa SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh pada Sabtu, 11 Februari 2023, di aula sekolah tersebut.
Saat kegiatan berlangsung siswa sangat bersemangat mengikuti berjalannya kegiatan pemutaran film fiksi “Yasmin” dan Film animasi “Sultan Iskandar Muda”. Kedua film yang sangat popular ini di produksi oleh komunitas film di Aceh.
Film fiksi “Yasmin” menceritakan tentang seni dan budaya Aceh yang dikemas secara cerita fiksi romansa budaya yang lebih kekinian. Sementara itu film “Sultan Iskandar Muda” yang dikemas secara animasi ini, menceritakan tentang Sultan Iskandar Muda yang masih remaja.
Setelah pemutaran film, siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi dan tanya jawab dengan Produser Film “Yasmin” Nova Misdayanti dan perwakilan dari Dinas Koperasi dan UMKM Aceh, Aswar, untuk melihat potensi dunia digital dan kreatifitas anak muda Aceh.
Siswa SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh, Mustafa menyampaikan, “pemutaran film ini menurutnya sungguh menarik, apalagi mengingat Aceh ini sering diremehkan orang luar, karena mereka tidak melihat potensi Aceh yang sebenarnya,” katanya.
“Seperti film tadi, itu sungguh interesting, sebuah informasi dan edukasi yang dibungkus ke dalam pemahaman anak muda, sehingga anak muda sekarang lebih mudah memahami tentang Aceh yang sebenarnya, tidak menghilangkan dan meninggalkan budaya Aceh,” tegas Mustafa.
Wakil Humas Kami SMK Negeri 5 Telkom Banda Aceh Hurul Hayati, mengatakan, kehadiran Aceh Bergerak yang melakukan pemutaran film dimana acara ini sangat relevan dengan salah satu keahlian di sekolah yaitu multimedia atau membuat video.
“Baru kali ini mereka langsung nonton film karya anak aceh, jadi siswa tambah semangat. Insya allah anak-anak mendapat ilmu yang banyak dengan adanya diskusi tadi dan saya merasa mereka sangat tertarik dan sangat antusias menanyakan soal multimedia lebih dalam lagi,” kata Nurul Hayati.
Semetara itu, Dinas Koperasi dan UMKM Aceh sangat mengapresiasi kegiatan yang dilaksanakan oleh Yayasan Aceh Begerak. Kegiatan seperti ini, sangat sejalan dengan semangat Pemerintah Aceh khususnya Dinas Koperasi Dan UMKM Aceh yang konsen mengembangkan dunia digitalisasi dan multimedia untuk UMKM.
“Kegiatannya bagus, apalagi yang kita sasar anak-anak muda, kemudian kalau kita melihat tema film itukan lebih ke tema edukasi. Bagaimana bahwa budaya kita tenun bisa dipertahankan, kemudian orang aceh sebenarnya punya talent film yang banyak,” kata Aswar Kabid Pengawasan dan Pemeriksaan Koperasi, Dinas Koperasi dan UMKM Aceh.
Aswar menjelaskan, kalau kita melihat UMKM dengan sineas itu bagai dua mata uang ya, kalau UMKM ingin naik kelas tentu memerlukan sineas, karena produk-produk UMKM itu dikemas secara digitalisasi, dan ini akan menjadi program baru yang akan dijalankan Pemerintah Aceh untuk memanfaatkan teknologi multimedia.
Kegiatan pemutaran film tersebut merupakan program Road Show Pemutaran Film dan Diskusi yang digagas Yayasan Aceh Bergerak. Kegiatan tersebut berkerjasama dengan Kementrian Pendidikan Kebudayaan, Riset, dan Teknologi, LPDP, dan Dana Indonesiana.
Ketua Program Sinema Mikro, Keumala Andayani, menjelaskan “kita mendapatkan dukungan untuk membeli beberapa alat seperti proyektor, sound sistem, serta layar, untuk melakukan pemutaran film keliling. Kalau dari Aceh Bergerak sendiri, mengambil konsep pemutaran di dua lokasi Banda Aceh dan Aceh Besar”.
“Sekarang ini kita sudah jalan 50 persen, atau sudah tiga titik lokasi pemutaran, sisanya bakalan kita putar di Gampong Nusa, wilayah kampus dan di komunitas sesama pegiat film di kota Banda Aceh,” ulas Keumala Andayani yang akrap disapa Kekem.
Kekem menyebutkan, “sejak awal program pemutaran film dan diskuni ini, memang kita menyasar dari berbagai kalangan, ada yang dari pesantren, siswa yang memang fokusnya di multimedia dan kita juga menyasar mahasiswa serta warga di sejumlah desa,” jelas Manager Program Yayasan Aceh Beregak itu.
“Berdasarkan dari pemutaran film yang pertama, kedua dan ketiga antusias masyarakatnya sangat bagus, kita juga menggratiskan, tapi ada beberapa masyarakat yang justru bertanya apakah berbayar atau tidak, itu menunjukkan masyarakat sangat antusias menonto film karya anak aceh,” papar Kekem
“Di Aceh sendiri kan kita tidak punya bioskop, saya rasa masyarakat Aceh juga punya keinginan yang cukup besar untuk sekedar menonton, seperti masyarakat diluar Aceh. Jadi ini adalah salah satu bentuk dari komunitas film untuk menyediakan wadah kepada masyarakat supaya bisa menikmati film,” tutupnya.