Banda Aceh – Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Aceh dan UIN Ar-Raniry Gelar Seminar Nasional dalam rangka hari Satu Abad Nahdlatul Ulama di Aula Auditorium Ali Hasyimi, Banda Aceh, Senin (30/1/2023).
Dengan tema yang di usung ‘Merawat Raga Memperkuat Bangsa untuk Peradaban Dunia’ acara dibuka sengan pembacaan Ayat Suci Al-Quran oleh Tgk. Razi Ukhrawi serta dilanjutkan Sholawat Nabi.
Rektor UIN Ar-Raniry Prof. Dr Mujiburrahman, M.Ag menyampaikan tentang topik Transformasi Nahdlatul Ulama pasca satu abad dalam pencerahan peradaban Bangsa dan Dunia.
Dalam hal itu, transformasi merupakan suatu kondisi dan sifat untuk menjadi metode yang baik. Dalam hal itu proses untuk merubah konteks pendidikan paradigma dalam kaderisasi, ungkapnya.
Rektor Mujiburrahman juga mengatakan pasca satu abad kesuksesan Nahdhalatul Ulama (NU) di Fase pertama, mampu menoreh kedudukan spesial dalam bangsa yaitu membawa perkembangan dan pemahaman Ahlussunnah Waljamaah dengan sepenuhnya melalui bidang pendidikan, NU ialah organisasi yang di segani oleh para penjajah, dan mampu berkuasa dengan kemerdekaan sehingga lahirnya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), tandasnya.
Fase kedua, mampu mengandalkan aksi politik praktis ke arah pembangunan bangsa pada masa orde lama dan orde baru. Sehingga para kelompok partai yang tidak sepaham akan di putuskan rantainya.
Fase ketiga, masa reformasi gagasan kembali di satukan dalam penafsiran Akidah Ahlussunnah Waljamaah kembali bangkit dengan metode berfikir baik dalam fiqih dan sosial. Dalam hal ini NU bisa membangkit kembali gairah dengan membawa perubahan menjadi masyarakat madani, keadilan dan kesejahteraan rakyat yang tinggi, jelasnya
“NU harus berperan dan bergerak lebih banyak lagi untuk mengisi kedudukan dan ilmu pengetahuan tentang agama baik itu di atas kementerian agama maupun di bawah kementrian pendidikan,” ujarnya.
Mujiburrahman juga menyebut bahwa Ideologi yang di didik oleh NU semangat untuk berjuang dalam tradisi perjuangan NU. Negara adalam pilar yang senantiasa terhubung setiap pemerintahan bangsa.
“Dalam konteks Ahlussunnah Waljamaah ketika pemerintahan sah itu berkuasa, logika yang kita pakai adalah tidak mungkin pemerintah yang berkuasa itu melakukan hal-hal kerusakan kepada masyarakat. Akan tetapi, dalam konteks ini pemerintah yang sejalur ialah yang membina masyarakat, maka dengan pengetahuan tersebut NU merupakan pilar terbesar kepada pendidikan masyarakat” paparnya.
Ia menambahkan keempat yaitu meningkatkan peran NU di dunia global dalam mengisi perubahan dunia.
Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh Tgk. H. Faisal Ali menyatakan tentunya hal yang kami lakukan pengurus wilayah harus menerjemahkan makna kerukunan yang sifatnya global, universal, dalam konteks keacehan kita.
Lem Faisal menyebutkan hal pertama Seluruh istilah baik tingkat nasional, global dalam rangka implementasi di lapangan perlu penerjemah-penerjemah yang bisa di terima oleh masyarakat kita, sebutnya.
Lanjutnya hal kedua, kita bentuk kokunikasi seluruh wilayah-wilayah di Acdh supaya teratur. Aceh memiliki banyak suku, adat istiadat serta bahasa. Jadi untuk mengumpulkan kebersamaan itu kita tidak mudah, kita juga harus memberikan transportasi pengurus wilayah itu supaya cepat menyatu.
Ketiga, kita harus menjaga kerukunan sesama masyarakat Aceh. Bagaimana kerukunan sesama umat Islam yang kita inginkan menjadi masyarakat harmonis, sekata dalam kehidupan di Aceh.
“Alhamdulillah kita bisa dikatakan warga Aceh yang benar-benar membangun kerukunan yang nyaman, di bandingkan dengan daerah lain,” katanya.
Yang terakhir Lem Faisal mengatakan kita harus menjaga kerukunan sesama warga negara dan warga Aceh. Walaupun kelompok kita banyak, tujuan kita dalam bersinergi membangun kebersamaan warga dan agama dalam konteks kepemudaan harus terjalan.
“Kita sering sekali kerukunan ini di ukur oleh media sosial, tapi tidak di ukur dari realita kehidupan kita sendiri,” tambahnya.
Disamping itu Ketua Panitia Tgk. Iskandar Zulkarnaen, Ph.D. mengatakan rangkaian kegiatan satu abad NU telah kita usung hampir dua bulan. Dalam acara kita juga mengundang dari para santri, pelajar, mahasiwa serta adinda yang tadi pada pembukaan acara membaca Ayat Suci Al Qur’an merupakan santri Aceh menang Juara 2 pada Porseni NU di Solo kemarin.
“Alhamdulillah PWNU juga berkomunikasi dengan kegiatan-kegiatan yang akan di selenggarakan kedepan turut menghadirkan pemimpin-pemimpin muslim di dunia serta dalam hal tersebut juga akan membahas tentang topik keadilan, politik dan lain sebagainya,” tuturnya.(Zan)